Memiliki anak patuh pada
aturan, mandiri, berprestasi adalah dambaan setiap orang tua, namun hal
ini tentu saja tidak terlepas dari peran orang tua. Anak yang memiliki
sikap-sikap positif identik dengan orang tua yang memiliki gaya
pengasuhan autoritatif yaitu orang tua yang memperhatikan kebutuhan
anak, memiliki batasan yang jelas terhadap anak, serta mampu
berkomunikasi secara efektif dengan anak. Dalam tulisan ini akan dibahas
mengenai bagaimana orang tua dapat berkomunikasi secara efektif dengan
anak.
Komunikasi
akan berjalan efektif jika komunikasi terjadi dua arah. Seringlah ajak
anak berbicara, tanyakan kegiatan yang dilakukannya di sekolah dengan
nada lembut bukan menginterogasi. Minta anak menceritakan pengalaman
yang dialaminya di sekolah, orang tua juga dapat menceritakan kegiatan
yang dilakukan di kantor dalam bahasa yang dimengerti oleh anak.
Kegiatan saling bercerita akan membuat orang tua dan anak menjadi lebih
dekat sehingga orang tua dapat lebih mudah untuk mengajak anak
berdiskusi mengenai banyak hal seperti aturan di rumah, sikap yang tidak
disukai oleh orang tua dll.
Hal-hal yang harus diperhatikan agar komunikasi dua arah bisa terjadi adalah,
- Orang tua harus mendengarkan apa yang diceritakan oleh anak. Pastikan posisi orang tua dan anak sejajar, agar orang tua bisa menatap mata anak saat anak berbicara, anak pun menjadi lebih nyaman dalam bercerita.
- Beri tanggapan ketika anak bercerita. Misalnya memberi respon “Ooo….O ya?…Wow!…” . Hal ini penting agar anak makin bersemangat untuk bercerita.
- Re-statement, mengulangi cerita anak untuk menyamakan pengertian
Tahanlah diri untuk tidak menginterupsi
ceritanya sampai anak selesai bercerita. Ketika anak selesai bercerita,
cobalah memberikan kesimpulan berdasarkan hasil tangkapan kita terhadap
ceritanya. Pola ini, memberikan feedback bagi kita dan anak,
apakah kita benar-benar telah memahami apa yang diceritakan atau apa
yang sebenarnya ingin diungkapkan oleh anak.
Dengan sering melakukan komunikasi dua
arah, kedekatan antara orang tua dengan anak semakin bertambah. Semakin
dekat hubungan antara orang tua dengan anak, semakin mudah anak
mengikuti arahan orang tua. Ibaratnya, ketika berteman dekat dengan
seseorang, tentunya kita ingin membuat teman kita senang.
Selain melakukan komunikasi dua arah, hal-hal yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi dengan anak antara lain :
- Jika kita ingin memberikan perintah pada anak, buatlah perintah yang jelas dan spesifik. Anak harus tahu apa saja yang harus ia lakukan dan kapan itu harus dilakukan. Kadang-kadang orang tua memberi perintah yang tidak jelas seperti “Bereskan kamarmu”, anak tentu bingung yang dimaksud membereskan kamar itu seperti apa, apakah yang dimaksud orang tua ‘beres’ itu sama dengan pengertian ‘beres’ menurut anak? Kan belum tentu sama, akhirnya ketika hasil pekerjaan anak tidak sesuai harapan orang tua, orang tua mengkritik anak dan mengatakan anak sulit diatur. Tapi kalau orang tua mengatakan dengan jelas seperti “Rapikan tempat tidur dan simpan mainan pada tempatnya”. Tentunya dengan perintah yang lebih spesifik, anak tahu dengan jelas apa-apa saja yang harus ia lakukan.
- Orang tua sebaiknya memberikan perintah dengan perkataan positif. Misalnya ketika anak berteriak-teriak di dalam rumah, dari pada mengatakan “jangan berteriak” lebih bagus mengatakan “bicaralah dengan suara pelan, nak”. Dengan cara ini anak jadi tahu perilaku yang pantas dia lakukan.
- Ingatkan anak akan aturan. Jika anak melanggar aturan yang telah ditetapkan, ingatkan secara impersonal. Misalnya aturan yang ditetapkan adalah dilarang bermain bola di dalam rumah, kemudian anak melakukannya. Lebih baik orang tua mengatakan “aturannya adalah tidak boleh main bola di dalam rumah” daripada mengatakan “saya tidak ingin kamu bermain bola di dalam rumah”. Jadi yang anak ingat bukan ketidaksenangan orang tua dengan apa yang ia lakukan tapi ia ingat akan aturan yang telah ditetapkan.
- Orang tua juga harus memperhatikan kata-kata yang diucapkan. Jangan berkata kasar dan menyakiti anak. Hindari kata-kata seperti : “mengapa kamu begitu malas, bersihkan kamarmu segera” atau “Masa begini saja tidak bisa? Apa sih yang kamu bisa lakukan dengan benar?”. Kata-kata seperti itu, justru akan membuat anak menampilkan sikap oposisi dan tidak mau mengikuti yang dikatakan orang tua. Ucapkanlah perintah secara tenang (tidak dengan suara keras) dan gunakan kata-kata yang baik, tidak ada satu orang pun yang senang mendengar kata-kata yang menyakitkan, apalagi anak-anak. Dengan berkata baik dan tidak kasar, orang tua sedang memberikan contoh pada anak, sehingga anak pun belajar untuk selalu berkata baik.
- Biasakanlah memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar, agar anak atau orang lain mengerti apa yang kita ucapkan dan bisa menghindari salah pengertian.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
admin.
Posting Komentar